oleh

Indonesia Sudah Jatuh Dalam Jebakan Hutang. Opini Malika Dwi Ana

Indonesia Sudah Jatuh Dalam Jebakan Hutang. Catatan Kecil Pojok Warung Kopi Ndéso.

Ditulis oleh: Malika Dwi Ana, Pengamat Sosial Politik.

“There Are Two Ways To Conquer And Enslave A Nation.
One Is By The Sword, The Other Is By Debt.” ~John Adams, 1735-1826.

John Adams mengatakan, “Ada dua cara untuk menaklukkan dan memperbudak sebuah bangsa, pertama dengan pedang (militer), kedua melalui utang”. Nah, bila merujuk asumsi Adams di atas, pada sistem kolonialisme, utang merupakan metode menaklukkan sebuah bangsa selain tata cara militer sebagaimana lazimnya. Itulah trik jebakan utang atau Debt Trap Scheme yang juga diisyaratkan oleh John Perkins. Katanya, “Debt is a form of social control. You can force people to do all kinds of things if you put them in debt first.”

Bahwa “Hutang adalah bentuk kontrol sosial. Anda dapat memaksa orang untuk melakukan segala macam hal jika Anda menempatkan mereka dalam hutang terlebih dahulu.”

Banyak contoh korban dalam kasus debt trap ini. Maladewa misalnya, atau Yunani, Angola, Zimbabwe, Turkistan Timur, Djibouti, Timor Leste dan lain-lain. Mereka harus menyerahkan sebagian melepas aset-aset negara, dan lalu menyerahkan seluruh kedaulatannya kepada lembaga atau negara pemberi utang karena tidak mampu membayar cicilan. Sekali lagi, inilah penjajahan hening melalui pintu utang, yang dengan utang, akan mampu mengambil-alih sebuah negara seperti dimaksud John Adams.

Dalam strategi Kuda Troya didalam peperangan, ada taktik memasukkan kekuatan militer di sebuah negara secara nirmiliter (tidak memakai kekuatan senjata ataupun perang) dengan berbagai kedok. Dan kedok itu bisa berupa bantuan melalui utang, dikasih pinjaman dulu. Dengan jaminan aset negara tentunya.

Lalu, dengan kedok kedatangan TKA terutama China, yang merupakan syarat yang harus dipenuhi sebab utang kita kepada China yang wujudnya pembangunan infrastruktur dengan skema(investasi) Turnkey Project Management (TPM) di mana mulai dari uang, manajemen, materiil, tenaga ahli, dan sebagainya hingga tenaga kasar, kuli-kuli bangunan didatangkan dari China. Ya itu yang disebut “Utang Infrastruktur.”

Dalam pemahaman Geopolitik, jika sebuah negara sudah memiliki ketergantungan, meskipun satu aspek saja, terhadap negara lain, itu berarti bahwa secara geopolitik, negara tersebut sudah tergerus kedaulatannya. Maka bisa dibayangkan, jika tidak hanya satu aspek saja yang memiliki ketergantungan, tetapi hampir semua pembiayaan atas sektor-sektor penting negara digantungkan kepada lembaga luar atau negara lain, ini bukan lagi disebut tergerus tetapi sudah tergadai kedaulatannya atau secara geopolitik bahkan terjual.

Ada baiknya berkaca dari banyaknya kisah negeri-negeri di lintasan OBOR (One Belt One Road) yang harus menyerahkan kedaulatannya sebab tak mampu bayar hutang ke Cina. Cina menerapkan strategi Debt Trap Scheme di Maladewa, Srilangka, Pakistan, Anggola, Zimbabwe, Djibouti, Turkistan Timur,Timor Leste, dan belakangan Kenya. Pemerintah Kenya kini terancam kehilangan pelabuhan Mombasa, jika mereka gagal membayar pinjaman kepada China.

Berdasarkan informasi dari African Stand, Kenya berpotensi kehilangan aset strategis jika gagal bayar utang pada negeri Tirai Bambu. Adapun pinjaman yang dimaksud digunakan Kenya untuk pengembangan Standard Gauge Railway (SGR). Bahkan, selain pelabuhan Mombasa, Kenya juga mempertaruhkan pelabuhan Inland Container Depot di Nairobi.

Kasus ini merupakan pelajaran penting yang harus dipetik hikmahnya, yaitu berhati-hati dalam mencari utang. Terlebih pada China, yang berpotensi menghilangkan aset strategis bangsa. Ibarat bangga dengan mobil mewah tetapi ngga bisa bayar, maka mobil disita. Punya infrastruktur megah dan bermimpi jadi maskot dunia. Tapi ngga bisa bayar hutang ya ambyaaar kedaulatan bangsanya.

Prioritaskan saja soal anak-anak makan yang benar, sekolah yang benar, sudah cukuplah menjadi kriteria bahwa benar-benar kita semua punya masa depan. Tidak perlu berkhayal jadi negara maju jika ini saja kita tidak bisa, jangan mimpi kemana-mana yang aneh dengan infrastruktur yang menurut saya sudah kelebihan proporsi, semakin liar tak terkendali geraknya. Makan dan pendidikan dulu, safe our future dulu lah sebagai prioritas paling mendasar, paling dasar, rock bottom of great nation. Punya bangunan-bangunan hebat tapi lapar dan bodoh, lalu kehilangan kedaulatan ya untuk apa.

Loading...

Baca Juga