oleh

Menjadi Manusia Unggul, Sebuah Opini Malika Dwi Ana

Menjadi Manusia Unggul, Catatan kecil pojok warung kopi ndéso. Oleh: Malika Dwi Ana, Pengamat Sosial Politik.

Menyisir gunung Lawu melalui Jenawi kabupaten Karanganyar, dan memulai perjalanan dari situs Planggatan, candi Kethek, candi Sukuh, Patirtan dan candi Cetho laksana memulai perjalanan napak tilas menjadi manusia unggul. Dalam Pustaka Wedha Sasangka, lereng gunung Lawu dikenal sebagai tempat penggemblengan diri hingga menjadi Cetha (Cetho); jelas, menjadi sadar akan makna hidup.

Ini gambaran perjalanan spiritual manusia yang pada prosesnya mesti melewati 3 (tiga) tahap; 1. Janmå Wong, 3. Janmå Siwong, dan 3. Wastu Siwong.

Janma Wong adalah manusia yang hanya wujudnya sebagai manusia, tetapi perilakunya masih seperti hewan. Artinya, akhlak dan budi pekerti yang dimiliki tidak ada bedanya dengan binatang, yang hidup sekedar untuk mencari makan, minum dan berkembang biak. Ia belum memiliki kesadaran tentang perbuatan baik dan buruk, benar atau salah. Jika ia berbuat baik, maka bukan karena kesadaran, tetapi karena dipaksa oleh aturan. Janma Wong juga disebut sebagai orang yang masih dalam pencarian akan kebenaran hidup.

Ini tergambar dalam simbol candi Kethek. Perilaku Janmå Wong gambarannya ya seperti binatang Kethek (monyet). Sakkarepe dhéwé; bal geduwal… embuh bantal, embuh srandal, embuh kadal, embuh suwal, embuh aspal…pokokmen kabeh diuntal.

Janmå Siwong adalah manusia yang sudah berperilaku baik sesuai tatanan yang berlaku. Pada tahap ini, posisi manusia mudah dipimpin dan diatur tanpa intimidasi, karena sudah mempunyai kesadaran mentaati aturan dan mudah meneladani para elite bangsa. Tetapi tanpa keteladanan, tarikan menjadi Janmå Wong akan lebih kuat.

Sedangkan Wastu Siwong, adalah manusia yang sudah mengerti dharma hidupnya. Ia adalah manusia yang sudah mengerti tugas-tugas nyang di dunia, serta tujuan hidupnya. Nahh, pemimpin bangsa diharapkan yang sudah sampai pada derajat ini. Karena seorang Wastu Siwong tidak akan terpengaruh oleh daya tipu dunia. Manusia unggul menyadari sepenuhnya bahwa dunia hanyalah sarana, atau media untuk menjalankan dharma hidupnya. Gambaran Wastu Siwong disampaikan dalam pesan leluhur di candi Sukuh dan Cetho.

Barangkali itu sebabnya candi Sukuh dan Cetho menghadap ke arah kabuyutan, yang berarti kediaman orang tua atau gunung. Dalam hal ini menghadap ke gunung Lawu. Dalam satu kisah, diceritakan bahwa Raden Priyangga Lawung mesu brata menghadap ke kediaman orang tuanya, sebagai simbol asal mula dirinya. Kaki bersila tumpang layaknya posisi bunga teratai, tangan bersedekap, pikiran ditenangkan, dan kepala sedikit merunduk, pandangan diarahkan ke tanah, sebagai simbol asal mula manusia diciptakan.

Dan 3 (tiga) tahap penggambaran menjadi manusia unggul itu mesti dilalui untuk menjadi seorang Khalifatullah fil ardli…. Narendra, raja atau pemimpin di bumi.

Loading...

Baca Juga