Minimnya Ilmu Menyikapi Wabah, Tanggung Jawab Siapa?
Oleh : Endang Mustika Sari (Ummu Fillah)
Kehadiran ujian dan musibah yang Allah SWT hadirkan saat ini menjadi ujian global dunia. Butuh peran negara dalam memberikan pendidikan tentang kesehatan kepada rakyat agar rakyat tidak saling mendholimi men curiga pasien dan ODP ataupun dengan petugas kesehatan yang berada di baris terdepan dalam penanganan wabah ini.
Kepincangan informasi yang tersampaikan ke masyarakat membuat masyarakat panik, hingga tidak menerima jenazah korban covid 19.
Seperti yang terjadi di Semarang. Penolakan tersebut dilakukan oleh, sekelompok warga di daerah Sewakul, Ungaran, Kabupaten semarang pada kamis(9/4/2020). Jenazah yang ditolak pemakamannya itu adalah seorang perawat yang bertugas di RSUP Kariadi Semarang. Akhirnya jenazah dibawa lagi kerumah sakit, dimakamjan di pemakaman rumah sakit dengan teman sejawat. Dengan adanya peristiwa ini Bapak Ganjar selaku bupati Semarang menyampaikan permintaan maaf yg sebesar besarnya kepada semua pihak yang terkait.
Dokter dan perawat RS Persahabatan Jakarta Timur, para medispun tak luput dari diskriminasi warga sekitar, perlakuan tak menyenangkan hingga pengusiran dari tempat kos yang disewa. Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia/ PPNI Bapak Harif Fadhilah, membenarkan adanya aduan dan keluh kesah dari paramedis tersebut.
Sejak Rumah sakit Persahabatan ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan pasien covid 19, bukan hanya dokter, perawat, mahasiswa, cleaning servis dikucilkan oleh warga di sekitar mereka, hingga diminta untuk tidak kos di situ lagi. Tutur Bapak Hanif saat dihubungi Liputan6.com .Rabu (25/3/2020).
Ironis sekali, apa yang paramedis dapatkan dari sebuah nilai kemanusian yang mereka juangkan, dimana mereka menjadi pejuang di baris terdepan dalam menangani wabah Covid 19, yang tak tahu sampai kapan berakhir. Nyawa mereka taruhkan karena mereka berinteraksi langsung dengan pasien.
Perasaan was – was, cemas dan khawatir jelas dirasakan sebagaian rakyat yang awam akan ilmu kesehatan, seolah – olah kematian kian dekat mengintai setiap saat melihat pasien positif dan meninggal kian meningkat. Ketidak jelasan antara pasien dalam pantauan dan orang dalam pengawasan tidak jelas jumlahnya.Padahal virus tidak akan menimpa seseorang jika orang tersebut tidak berinteraksi dengan inangnya.
Kematian adalah ajal yang Allah tetapkan. Allah SWT berfirman dalam QS Al A’raf : 34 ” Dan setiap umat mempunyai ajal ( batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”. Semua makhluk hidup akan mendapatinya ada atau tanpa adanya virus covid 19, dari sinilah sebagai individu harus selalu memperhatikan setiap amal perbuatan. Menjauhi maksiat dan taat kepada Allah dalam sendiri atau bersama dalam kondisi apapun.
Dari sinilah peran negara dalam mendidik rakyatnya di pertanggung jawabkan. Hingga terbentuk masyarakat yang penuh takwa dan paham akan ilmu dari amal yang diperbuatnya. Jika masyarakat sudah bertakwa dengan ilmunya, maka akan membentuk individu yang penuh dengan empati dan nurani yang luhur dalam menghadapi suatu persoalan.
Pemerintah telah gagal mendidik rakyatnya,gagal menjawab ujian yang Allah berikan, bukankah sudah datang petunjuk dari para ahli dibidang kesehatan, sudah datang petunjuk dari al qur’an dan as sunnah, tapi semua terabaikan.
Lockdown yang telah lama disyiarkan ketika wabah menimpa negeri, tidak diambil sebagai jalan penyelesaian. Bukan pemakaman yang diharapkan oleh para nakes, tapi alat pelindung diri yang memadai, perlindungan keamanan agar tak didiskriminasi. Sekalipun ajal sudah menjadi ketetapan Allah, tapi kaidah kausalitas patut diikhtiarkan.
Sejatinya wabah yang Allah turunkan secara global ini, ada pesan besar yang Allah ingin sampaikan kepada hambaNya, yaitu kembali kepada Allah sebagai hamba. Tunduk patuh taat akan aturan yang Allah berikan yaitu aturan Islam. Bukan aturan buatan makhluk yang hanya berlandaskan hawa nafsu. Kembalilah kepada aturan Rabbul Izzati.
Jangan memisahkan aturan Islam dalam kehidupan. Islam telah sempurna mengatur kehidupan bagi muslim dan non muslim.
Tidakkah kita merindukannya, hidup dalam keberkahan langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al: A’raf 96 ” Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa. Pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ( ayat – ayat Kami). Maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Hanya kepada Allah kita kembali dan kepada Allahlah kita berserah diri.
Allahu a’lam bish showab.