oleh

Misleading Dalam Pendidikan Nasional

Misleading Dalam Pendidikan Nasional, catatan kecil pojok warung kopi ndeso. Oleh: Malika Dwi Ana, Pengamat Sosial Politik, Penggiat Institute Study Agama dan Civil Society.

Dalam satu hadist, Nabi Muhammad pernah bersabda: kehancuran sebuah bangsa dimulai saat suatu pekerjaan dilaksanakan oleh orang yang bukan ahlinya.

Ini benar! Anda tahu kenapa bangsa ini melarat? Karena banyak orang yang bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang dikuasainya.

Pertanian bangsa ini hancur karena mayoritas Sarjana Pertanian lebih suka kerja kantoran daripada kerja di sawah.

Peternakan bangsa ini remuk karena para Sarjana Peternakan lebih nyaman kerja di Bank daripada menjadi peternak.

Pendidikan di Indonesia, jurusan yang lulusannya paling banyak terserap di dunia kerja selalu menjadi rebutan, itulah ciri negara miskin. Akhirnya peserta didik kuliah/sekolah hanya berusaha mencari nilai agar mudah mencari kerja, bukan untuk mencari ilmu. Inilah awal proses pemiskinan.

Setelah lulus mereka bekerja tanpa ilmu, dan ada yang berilmu tapi tidak bekerja. Padahal orang yang bekerja tidak dengan bekal ilmunya, dan tidak menyukai pekerjaannya bisa dikatagorikan kerja paksa lho, iya!

Maka terbentuklah bangsa tanpa kepribadian. Semua dinilai dengan uang. Bahkan saat pendidikan dimurahkan, orang tua malah tidak percaya dan pilih yang mahal. Ada yang murah malah pilih yang mahal, jal.

Dan guru seenaknya mengajar, lebih fokus mengejar gelar bukan demi menambah ilmu tapi demi duit sertifikasi.

Kegiatan belajar mengajar yang harusnya merata, tak kenal perbedaan, dan dilakukan sebaik mungkin berubah menjadi industri, saling caplok sana sini.

Jika sudah dirasuki industri, pendidikan berjalan tidak semata demi ilmu, tapi berubah demi gengsi. Ya begitulah gambaran pendidikan kita, pendidikandasar demi gengsi, pendidikantinggi demi kerja. Semua telah melupakan esensi belajar, yaitu ILMU.

Loading...

Baca Juga