oleh

Partai Kristen Ternyata Masih Dirindukan Umat Kristiani

FOKUSBERITA – Tidak ada partai Kristen pada pemilihan legislatif ditahun 2019 nanti. Keikutsertaan partai dengan nafas Kristiani terakhir kali pada pileg 2009. Dua partai, yakni Partai Damai Sejahtera (PDS) dan Partai Demokrasi Kasih Indonesia (PDKS) tidak mampu melewati 2,5 persen suara sah.

Menurut mantan Humas Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Jerry Sumampouw, umat Nasrani pada prinsipnya kritis terhadap partai. Ditemui di PGI Oikumene, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (20/12/2018), Jerry menjelaskan ada harapan dari umat Kristen ingin melihat adanya perubahan. Misal, tidak ada lagi diskriminasi, korupsi, dan money poltic.

“Sebetulnya kerinduan akan adanya partai Kristen itu tinggi. Apalagi dengan situasi kebangsaan kita sekarang, saat gerakan-gerakan intoleransi itu makin tinggi. Jadi kerinduan itu ada,” kata Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePi) ini.

Lanjut Jerry, memang ada perasaan membutuhkan wakil langsung di parlemen. Untuk membawa aspirasi umat Kristen. Namun Jerry mengakui konsolidasi untuk membentuk satu partai Kristen itu agak terbatas. Ada beberapa kendala yang bersifat politik. Persyaratan keikutsertaan pemilu juga semakin tinggi. Selain itu, secara politik umat Kristen juga terpecah, tidak bisa jadi satu partai Kristen.

“Logikanya, jumlah orang Kristen itu sedikit, hanya sekitar 12 persen. Nah, kalau bikin partai Kristen, konstituennya kan sudah pasti orang Kristen. Kalau 12 persen itu tidak bisa dimaksimalisasi, memang jadi sulit. Faktanya, sebagian besar orang Kristen itu sudah menjadi pendukung partai yang ada, khususnya partai yang platform atau ideologinya nasionalis,” tutur Jerry.

Jerry menambahkan, jika ada partai yang mau menampilkan diri secara berbeda dan sungguh-sungguh pro terhadap nilai dan substansi perbaikan demokrasi atau perbaikan bangsa. Apalagi kalau isunya yang spesifik seperti intoleransi, antidiskriminasi. Maka otomatis suara umat Kristen akan mengarah ke partai tersebut.

Standar moral umat Kristen diakui Jerry, memang agak tinggi. Sementara internal gereja sendiri belum terlalu klir relasi antara agama atau gereja dan politik. Masih banyak orang yang agak alergi, dan melihat politik sebagai sesuatu yang “nggak boleh”. Secara umum, gereja-gereja membatasi diri untuk terlibat secara langsung dalam politik praktis. Gereja hanya berpolitik dalam pengertian yang universal. Yakni politik moral dan politik etis saja. (NVD)

Loading...

Baca Juga