Anda Katakan Penyiksaan Uighur itu Hoax, Anda Ikut Biadab Juga. Oleh: Asyari Usman, Wartawan Senior
Sangat tak masuk akal kalau di era yang serba mudah akses informasi, dan cepat, masih ada orang yang mengatakan penyiksaan terhadap warga muslim Uighur oleh penguasa RRC adalah berita hoax. Begitulah yang dikatakan oleh Inas Nashrullah Zubir (INZ) dalam status akun Facebook “Inas N Zubir”, 24 Desember 2018.
INZ mengatakan hoax Uighur itu sengaja diciptakan oleh kubu Prabowo untuk mengesankan bahwa Jokowi tidak perduli dengan penderitaan warga Uighur di Provinsi Xinjiang.
Alasan INZ mengatakan itu hoax adalah bantahan oleh Wakil Ketua China Islamic Assosiation, Abdullah Amin Jin Rubin. Abdullah Rubin (AR) membantah kabar penyiksaan itu ketika dia menerima kunjungan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nasir pada September 2018. Kehidupan kaum muslimim di RRC, menurut, Abdullah Rubin, aman-aman saja.Tidak ada masalah.
Bagi INZ, penjelasan AR itu tidak perlu diragukan. Nah, dari sinilah nalar INZ mulai rusak. Atau, nalarnya sengaja dia rusak demi menyerang Prabowo. Sangat mengherankan kalau INZ tidak paham bahwa Abdullah Rubin berkumim di Beijing. Dan dia setiap hari berada di bawah cengkeraman rezim diktator komunis. Manalah mungkin AR akan mengatakan bahwa pemerintah RRC melakukan kekejaman terhadap warga Uighur?
Jangankah di bawah rezim brutal Xi Jinping, di bawah penguasa Indonesia yang “demokratis’ saja banyak orang yang takut mengungkapkan kebenaran. Agak lucu juga cara berpikir Inas Zubir. Pastilah Abdullah Rubin tak berani menyebutkan kebiadaban rezim RRC terhadap umat Islam Uighur.
Bukankah Inas Zubir bisa dengan mudah mencari informasi yang begitu banyak di media internasional. Media-media yang berkredibilitas dan berintegritas tinggi.
Kekejaman pemerintah RRC itu menjadi berita besar di mana-mana. Menjadi keprihatinan banyak negara, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Juga mendapat reaksi keras dari masyarakat di seantero dunia. Warga Jepang turun ke jalan-jalan untuk menunjukkan solidaritas mereka kepada warga Uighur.
Silakan INZ baca artikel yang dimuat suratkabar konservatif yang paling dihoramti di Inggris, The Daily Telegraph, tentang pengakuan seroang wanita Uighur yang disiksa secara keji oleh penguasa RRC. Judul laporan di koran ini sangat menyesakkan: “Saya minta mereka agar membunuh saya”. Begitulah saking sadisnya siksaan itu.
Kemudian, ada berita tentang reaksi Amerika terhadap pelanggaran HAM oleh RRC terhadap warga Uighur. Dimuat oleh harian The Guardian, juga koran yang disegani di Inggris.
Pak Inas Zubir perlu juga membaca laporan yang di muat suratkabar yang paling disegani di Amerika Serikat, yaitu The New York Times. Tentang program indoktinasi yang dilakukan oleh Presiden Xi Jinping untuk melemahkan identitas keislaman warga Uighur.
Terus, INZ juga bisa simak artikel harian The Washington Post yang menyebutkan tentang kamp indoktrinasi di Xinjing.
Masihkah Anda berani mengatakan bahwa berita tentang penyiksaan warga Uighur itu hoax yang betujuan untuk menutupi kelemahan Prabowo? Bagi saya, orang yang sengaja menyembunyikan kebiadaban rezim komunis RRC terhadap warg Uighur juga pantas disebut biadab.
Banyak lagi berita, laporan detail dan artikel yang dimuat oleh koran-koran terkemuka di dunia mengenai penyiksaan warga muslim Uihgur. Tetapi, terlalu panjang nanti kalau saya cantumkan satu per sati di sini. Ini sekadar memberitahu INZ saja supaya beliau tidak lagi “asal sebut” tentang penyiksaan warga Uighur. Supaya dia tidak lagi tega melukai perasaan kaum muslimin Xinjing. Dan supaya INZ tidak lagi termakan propaganda RRC bahwa mereka tidak menyiksa warga Uighur.
Sulit memahami sikap Inas Zubir yang cenderung terlihat kurang informasi. Atau malah dia memang orang yang aslinya tidak memiliki modal yang mamadai untuk menjadi politisi. Herannya, INZ duduk sebagai ketua fraksi Hanura di DPR-RI.
Barangkali, ada benarnya juga perkiraan para pengamat politik dan beberapa lembaga survai bahwa Partai Hanura bakalan lenyap pada pileg 2019 nanti. Kenapa? Karena para kadernya tidak memiliki kapabilitas yang memadai semisal INZ.