oleh

Relawan Jokowi Sebut Perilaku Elit Politik Masih Jauh Dari Beradab

FOKUSBERITA.ID – Ketua Umum Relawan Jokowi dari Barisan Relawan Nusantara Adi Kurniawan menyebut perilaku elit politik masih jauh dai perilaku yang beradab. Pancasila itu dirasakan. Bukan ditanamkan, bukan diperdebatkan apalagi dihafalkan.

Ia mneyebut saat ini para elit politik sudah kehilangan rasa.  Rasa tentang toleransi antar umat beragama, rasa tentang memanusiakan sesama manusia dengan adil juga beradab dalam memperlakukan sesamanya. Rasa tentang persatuan dan gotong royongnya dalam menghadapi berbagai persoalan. Rasa tentang pengambilan keputusan dengan cara bermusyawarah dan mufakat antara pimpinan dengan rakyatnya. Serta rasa keadilan dalam bentuk apapun baik ekonomi, hukum, sosial, politik dan budaya.

“Penegasan soal mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara menurut saya akan menjadi keliru. Jika Pancasila itu sendiri tidak pernah dirasakan oleh rakyat,” kata Adi dalam pernyataannya, Minggu (31/5/2020).

Menurutnya, faktanya yang terjadi pada saat ini justruntoleransi semakin marak. Dimana satu dengan lainnya masih belum bisa menerima perbedaan dalam beragama. Menurutnya, perilaku elit politik di Indonesia jauh dari keadlilan.

“Perilaku elit kita yang masih jauh dari perilaku yg beradab. Kemanusiaan yang terkikis dalam sehingga jauh dari sikap yang adil dalam memanusiakan manusia,” imbuhnya.

Adi juga menyebut para elit politik tidak dewasa dalam menyikapi segala persoalan-persoalan bangsa. Saat ini, kedua kandidat capres yang bertarung dalam pemilihan presiden yang tidak mengedepankan persatuan. Mereka justru menggiring para pendukungnya untuk saling berseteru. Bertikai tanpa sadar yang mereka bawa adalah rakyat. Persatuan menjadi tergerus jiwa gotong royong yang semakin tenggelam dan kehilangan makna.

“Elit kita sebagai pemimpin tidak pernah mencerminkan sebagai seorang pemimpin yang dekat dengan rakyat. Mereka lebih senang memperkaya diri sendiri, bermewah-mewahan, serta menghamburkan uang tanpa melihat darimana mereka berasal. Tak pernah ada musyawarah dan mufakat antara mereka dengan rakyat. Justru mereka lebih senang bermusyawarah kepada para pemegang uang dalam membuat sebuah kebijakan yang jauh dari harapan rakya,” ujarnya. (AMN)

Loading...

Baca Juga