oleh

Republik Indonesia Era Jokowi (3): Kabinet Sontoloyo (2). Opini SBP

Republik Indonesia Era Jokowi (3): Kabinet Sontoloyo (2). Oleh: Sri-Bintang Pamungkas, Aktivis.

Sebagai seorang yang pernah menjadi Menteri Pertahanan di jaman Gus Dur, sekalipun sekedar ècèk-ècèk, karena tidak terlihat apa hasilnya… dan sekarang menjadi Menko Polhukam… Mestinya Mahfud itu melihat bahaya yang sedang mengancam Kedaulatan NKRI dari Kalangan Cina… Baik itu Cina Mafia di dalam negeri, maupun Cina Asing dari Daratan Cina… Mereka mau menjajah kita, Fud… Mereka itulah yang berjiwa macam Jenggis Khan, Kubilai Khan dan lain-lain penggantinya… Mereka adalah anak-turun penjajah! Mereka menjajah Asia Tengah, Timur Tengah sampai Eropa Timur… juga Vietnam!

Tapi dasarnya Mahfud, dia tahu apa yang diinginkan Jokowi… Dia, bahkan mau mendahului kemauan Jokowi… untuk menunjukkan betapa setianya dia kepada Sang Presiden, serta berterimakasih tiada hingga terpilih sebagai Menko yang membawahi beberapa Kementerian. Sudah beberapa lama ini Mahfud menganggap Jokowilah orang yang bisa mengambil kekuasaan dari yang dia mau, dan memberi kekuasaan dari yang dia mau… Dia memang sudah beberapa lama lupa kepada Yang Maha Kuasa… maka ngocehlah dia seenak udelnya!

Seharusnya Mahfud tidak perlu bicara soal Khilafah segala… Sewaktu baru lulus Doktor, Mahfud tergoda diskusi tentang kebobrokan Soeharto dalam memanipulasi Konstitusi Pasal 5(1) tentang kekuasaan presiden membentuk UU. Sekarang Mahfud lupa UUD45 Asli… Dia anggap Jokowilah Konstitusi Berjalan saat ini.

Khilafah itu adalah bagian saja dari Dasar Negara Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi pikiran tentang Khilafah itu tidak apa-apa… tidak akan jauh dari Dasar Negara dan Cita-cita Kemerdekaan Republik. Yang harus diwaspadai itu justru PKI yang mau dibangkitkan kembali oleh Jokowi bersama para Kameradnya itu, serta Cina-cina Mafia Indonesia dan Cina Komunis RRC…

Juga mereka yang memusuhi Islam… Lihatlah kembali Pasal 29 (2) yang sungguh-sungguh menunjukkan toleransi yang luar biasa tinggi dari Islam dan Umatnya. Bahwa pada hakekatnya Agama itu hanya satu, yaitu Islam… tapi orang Islam berprinsip: Silahkan pakai Agamamu… Kami pakai Agama kami…

Dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa Almasih sampai Muhammad agama itu adalah Islam… Yang baru lengkap dan sempurna sesudah Wahyu terakhir datang ke tangan Muhammad. Orang sepintar Nadiem dan lain-lain pun jadi kelihatan dungu kalau mereka percaya Tuhan itu banyak, lalu masing-masing Tuhan menurunkan Agama sendiri-sendiri. Betapa makin kacaunya Dunia… Pikiran-pikiran Riady, CSIS, anak-buah Pater Beek dan lain-lain yang mau menghancurkan Islam di Indonesia itulah yang harus dilawan Mahfud!

Ingat! Kekuasaan itu datang dari Dia Fud… bukan dari Jokowi. Keberadaan Jokowi itu hanya cobaan bagi Bangsa yang menjadi Pemilik NKRI ini. Ingat juga Pasal 28, kemerdekaan Rakyat untuk berbicara… apa saja! Ingatlah dulu waktu melawan Soeharto…

Juga perihal yang sama untuk Fachrul Razi… Sok-sokan berani menjadi Menteri Agama. Jenderal yang pernah menjadi Kepala Staf Umum ABRI tahun 1998 itu harus bertanggungjawab terhadap tewasnya ribuan warga negara Indonesia, terluka dan menderita dalam Kerusuhan Mei 1998. Dia menolak menghadirkan Pasukan bantuan untuk Kodam V Jaya, padahal Jakarta sedang rusuh dan kosong Pasukan. Fahrul Razi bersama Wiranto dan Subagyo HS seharusnya dihukum akibat kelalaiannya menyebabkan jatuhnya banyak korban…

Sekarang Razi bicara Soal Moral, Soal Celana Cingkrang, Soal Cadar, Jilbab dan lain-lain, bahkan ada larangan di dalamnya… Konstitusi saja tidak dibacanya dengan baik… maka bisa dinilai kedalaman Pengetahuan Agamanya. Dia lupa, bahwa tindakannya itu justru sewenang-wenang, radikal dan intoleran dalam artian yang sesungguhnya… Baru Sekali Berkuasa jadi Menteri, sudah merasa Berkuasa Sekali… Dia itu Sontoloyo dan tidak berhak duduk sebagai menteri, apalagi Menteri Agama.

Lalu ada menteri Kafir… (Jangan keburu marah! Kafir itu hanya sebutan bagi yang bukan Islam!), yang mau merombak seluruh bangunan pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Padahal itu bukan bagian dari keahlian dan kompetensinya.

Kebetulan saja orang ini pernah belajar bisnis di Manca Negara, dan lalu berhasil atau baru seperempat berhasil “mengatur” lalu-lintas di Jakarta lewat model yang disebutnya Go Car, Go Jack, Go Pay, Go Pek dan Go Jing… Mestinya Nadhiem ini mengerti, bahwa ilmunya itu “kelihatan saja berhasil” karena kekhasan Sistim Lalu-Lintas dan Angkutan di Jakarta yang langka jalan, langka angkutan umum, terlalu banyak kendaraan pribadi, terlalu banyak produksi mobil (tiap tahun 1.6 juta!), sehingga menjadi sumber kemacetan… Di negara-negara lain yang angkutan dan lalu-lintasnya sudah tertata bagus… dan tidak ada pengangguran terbuka begitu rupa seperti di Negeri kita, Gojek-Gokar itu tak laku… mati dengan sendirinya. Di situlah hukum supply-demand berlaku!

Bagaimana dia bisa dibilang pinter lha wong ilmunya saja sempit… dan pengalaman minim… Banyak para Guru kita yang lebih pintar dan berpengalaman… Pelajari dulu Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah kita sejak 60-an! Bagaimana mau membangun Moral dan Kultur Bangsa Indonesia?! Tidak mungkin bisa dalam waktu pendek, kecuali kalau sengaja mau merusaknya…

Pendidikan dan Budaya Bangsa bukan Bisnis, Bung! Baru mau mulai saja mungkin Jokowi sudah keburu jatuh…
(bersambung)

Loading...

Baca Juga