oleh

Isu Tujuh Kontainer (Bagian Kedua)

Isu Tujuh Kontainer (Bagian Kedua), Catatan kecil pojok warung kopi ndéso. Oleh: Malika Dwi Ana, Pengamat Sosial Politik.

Kita lihat saja perkembangannya, kemana arah angin bertiup, dan kemana arah bandul politik ini mengayun. Jika aduan Timses Jokowi-Maruf tentang “hoax”-nya AA ditindak-lanjuti oleh Polri secara serius, hal ini merupakan cermin bahwa potongan puzzle tersebut bagian dari skenario atas hipotesa berdiksi: “KECURANGAN PEMILU”.

Artinya, kelak jika isu tujuh kontainer berisi surat suara itu benaran datang di pelabuhan, selain publik akan takut-takut menyuarakan isu tersebut karena khawatir ditangkap dengan delik menyebar hoax, masyarakat nantinya juga akan gaduh perihal penanganan kasusnya AA.

Istilahnya, Timses Jokowi Maruf menyerang dari dua sisi. Sisi pertama, mem-psywar mental publik, dan sisi lainnya adalah penggaduhan isu penahanan AA. Meskipun untuk berita desas-desus yang sudah beredar, bertanya atau minta klarifikasi itu bukan ikut menyebarkan hoax.

Tetapi jika dia sumber pertama, maka bolehlah dia disebut hoax. Sebagai pengingat saja bahwa hoax bukan cuma dari musuh. Tapi dari kedua kubu. Semestinya sama-sama introspeksi saja.

Latar belakang masalahnya apa; asumsi 70 (tujuhpuluh) juta surat suara di tujuh kontainer ternyata berbanding lurus dengan fakta 25 (duapuluhlima) juta DPT ganda, 31 (tigapuluhsatu) juta DPT siluman dan 14 (empatbelas) juta DPT orang gila. Tapi, catatan ini hanya analisa berbasis fakta di lapangan. Jebakan hoax 7 (tujuh) kontainer mengingatkan kita pada model jebakan hoax pada pilpres tahun 2014.

Loading...

Baca Juga