oleh

New Normal Life: Ekonomi atau Keselamatan Rakyat? Opini Sherly Agustina

New Normal Life: Ekonomi atau Keselamatan Rakyat?

Oleh: Sherly Agustina, M.Ag (Member Revowriter dan WCWH)

Wacana New normal life sudah menggema di seantero jagad maya dan bumi pertiwi, akankah pemerintah benar-benar menerapkan? Tidakkah belajar dari Korsel yang gagal melakukan new normal life melihat terjadi kembali peningkatan kasus?

Dilansir dari CNBC Indinesia, Aparatur Sipil Negara atau Pegawai Negeri Sipil (ASN/PNS) harus bersiap kembali bekerja dengan skenario ‘new normal’ di tengah pandemi Covid-19. Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Dwi Wahyu Atmaji mengatakan skenario ini merupakan pedoman yang disiapkan agar PNS dapat bekerja optimal selama vaksin corona belum ditemukan (24/05/20).

Anggota Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Johan Singandaru, menyebut kondisi new normal ditunggu betul oleh pedagang kecil, UMKM, dan para pengusaha di DKI Jakarta serta wilayah penyangga. Banyak yang mengharapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dipungkasi pada Juni 2020.

Menurut Johan, bulan Juni bulan bekerja kembali dengan memenuhi protokol kesehatan. Saya setuju dengan hal itu. Sebab, kondisi usaha saat ini tengah mengalami penurunan tajam sampai dengan 50 persen lebih. Akibat daya beli masyarakat yang drop sehingga industri menurunkan produksinya. Ditambahkannya, seluruh sektor usaha melakukan efisiensi anggaran dan pengurangan karyawan. Jika bulan Juni tak ada new normal maka pengusaha bakal benar-benar gulung tikar. (Warta Ekonomi.co.id, 24/05/20)

Ekonomi atau Keselamatan Rakyat

Jika melihat ekonomi yang hampir mati karena pandemi, maka wajar rakyat berharap pemerintah mampu menghidupkan kembali ekonomi. Namun, saat vaksin belum ditemukan dan kasus masih banyak apakah prioritas yang harus dilakukan pemerintah. Sementara para pakar Epidemologi tidak setuju karena memiliki argumen ilmiah tentang kondisi saat ini jika new Normal life tetap akan dilakukan.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal. Belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari. Baru tepat membicarakan new normal sekitar minggu ketiga/empat Juni nanti maupun awal Juli. Nah, sekarang terlalu gegabah kalau kita bahas dan memutuskan segera new normal itu.

Masih menurut beliau, terlalu dini wacana new normal ini membuat persepsi masyarakat seolah-olah telah melewati puncak pandemi Covid-19, namun kenyataan belum dan perlu persiapan-persiapan dalam new normal tersebut. New normal ini sesuatu yang akan dihadapi, namun berbincang new normal banyak pra syaratnya. Pertama, syaratnya harus sudah terjadi perlambatan kasus. Kedua, sudah dilakukan optimalisasi PSBB sebagai upaya mitigasi virus.

Ketiga, masyarakat sudah lebih mawas diri dan meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing. Keempat, pemerintah sudah betul-betul memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal. Dan apakah hal ini sudah berlangsung dan terjadi, faktanya belum. Puncak pandemi belum dilewati bahkan kasus cenderung naik. Akibatnya, prediksi-prediksi yang mengatakan puncak pandemi pada awal Juni akan mundur hingga akhir Juni maupun awal Juli.

Jika jalanan kembali ramai, keramaian ini tidak hanya di area publik, seperti pasar. Tetapi, keramaian itu juga terjadi di tempat-tempat keagaman dan aktivitas kantor industri. Nah ini juga harus diwaspadai, seolah new normal, tapi kembali pada keramaian seperti tidak ada kasus covid. New normal berarti ada perilaku baru, budaya baru, dan juga ada fasilitas maupun kebijakan yang baru baik dari sisi masyarakat maupun pemerintah bedasarkan kedisiplinan. (Merdeka.com, 25/05/20).

Apabila new normal life tetap akan diterapkan, tidakkah belajar dari Korsel yang gagal menerapkan new normal life. Alih-alih menghidupkan ekonomi, yang ada khawatir terjadi gelombang kedua penyebaran virus. Kondisi Korsel setelah menerapkan new normal life, ada dua kluster baru yang muncul di ibu kota negara Seoul. Per Sabtu (30/5/2020), Korsel mencatat 39 kasus baru, termasuk 27 transmisi lokal yang membuat jumlah kasus kini menjadi 11.441. Meski perhitungan harian kemarin turun dari level tertinggi pada Kamis di mana ada 79 pasien baru, Korsel kini benar-benar waspada. Apalagi, kluster muncul di kota terpadat penduduknya, di mana lebih dari 50 juta populasi ada di sana. (CNBC Indonesia, 31/05/20)

Konsep Islam Menangani Wabah

Memang kondisi yang dilematis bagi rakyat dan pemerintah di negeri ini, antara menyelamatkan ekonomi yang hampir mati atau keselamatan rakyat. Jika melihat skala prioritas ketika vaksin belum ditemukan, maka hal utama yang dilakukan adalah segera menemukan vaksin dengan memfasilitasi tenaga medis melakukan penelitian. Dan upaya mitigasi tetap berjalan agar virus tidak semakin menyebar. Rakyat dipenuhi kebutuhan pokok sehari-hari selama upaya mitigasi atau PSBB, keselamatan rakyat lebih utama.

Apabila kasus sudah semakin menurun, vaksin ditemukan dan para ahli sudah menyatakan kondisi aman maka baru bisa menuju new normal life. Pada akhirnya new normal life bukan hanya membebek tren global melainkan kondisinya memang sudah memungkinkan. Setelah ini ekonomi akan kembali bangkit dengan kehidupan baru. Tidak mungkin Allah tidak memberi jalan keluar bagi hamba-Nya.

Firman-Nya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (TQS. At-Thalaq: 2)

Dalam Islam jelas, pemimpin memiliki tanggung jawab mengurus rakyat karena pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Maka pemimpin akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan rakyat selama pandemi dan membantu tenaga medis dalam upaya mitigasi virus serta memfasilitasi agar segera menemukan vaksin. Tupoksinya sudah jelas, keselamatan rakyat lebih utama dibanding yang lain. Dana dari Baitul Mal, di dalam Islam sudah diatur dengan jelas pos pemasukan dari mana saja begitu juga dengan pos pengeluaran.

Karena sudah memiliki tupoksi yang jelas maka tidak ada dalam kamus sistem Islam membebek pada negara lain. Dari sejarah yang ada, negara lain yang mengikuti Islam karena Islam selalu menjadi trendsetter dan negara supor power. Dalam biidang kedokteran kaum muslim lah yang pertama menemukan bahwa epidemi berjangkit akibat penularan melalui sentuhan dan udara. Menyentuh pakaian pasien juga menyebabkan penularan. Dan banyak dokter terkenal yang dilahirkan dunia Muslim seperti Abu Bakar Muhammad Al-Razi (w. 311/932). (Atlas Budaya Islam, hlm. 359).

Islam diturunkan oleh Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta bukan hanya sekadar agama tapi juga aturan bagi seluruh umat manusia di dunia. Aturan yang dibuat oleh Pencipta yang lebih tahu mana yang terbaik untuk yang diciptakannya. Tidakkah ingin segera diterapkan aturan yang menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat? Karena sesungguhnya new normal life hanya akan terwujud jika manusia menerapkan aturan-Nya.

Allahu A’lam Bi Ash-Shawab.

Loading...

Baca Juga