oleh

New Normal Life, Siapkah Kita? Opini Isti Rahmawati

New Normal Life, Siapkah Kita? Oleh: Isti Rahmawati SHum, Penulis.

Di tengah makin meningkatnya angka pasien positif corona, Presiden Jokomi menyerukan wacana  new normal life kepada masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat segera melaksanakan aktivitas seperti biasa, tetapi dengan cara yang baru. Seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (20/5/2020), Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita mengatakan, new normal adalah upaya menjalankan perubahan perilaku untuk melakukan aktivitas normal dengan beberapa protokol kesehatan.

Wacana ini tampaknya akan mulai diseriusi oleh pemerintah. Pada Senin, (26/5/2020) Jokowi mendatangi Summarecon Mall Bekasi bersama beberapa pihak terkait. Kehadiran Jokowi ini rupanya untuk meninjau kesiapan prosedur new normal.  Mall Summarecon Bekasi adalah pusat perbelanjaan yang terpilih menjadi contoh simulasi new normal di bidang perniagaan. Namun, hal tersebut mengundang banyak kritik dari berbagai kalangan.

Jika dikaitkan, wacana ini sejalan dengan pernyataan Jokowi sebagai bentuk berdamai dengan virus corona. Hal ini seolah memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan virus covid-19 yang sampai hari ini terus meninfeksi dan bermutasi. Dilansir dari detik.com per tanggal 28 Mei saja tercatat ada penambahan sebanyak 687 kasus baru.

Hal tersebut sangatlah berbahaya mengingat tren kurva Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat dan kasus baru ditemukan setiap harinya. Pendeteksian secara masif juga belum dilakukan sampai saat ini sehingga peta penyebaran virus masih belum jelas. Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mempertanyakan kesiapan pemerintah jelang diberlakukannya new normal. Menurutnya, Indonesia belum siap menormalisasi kehidupan masyarakat.

Secara medis New normal life di Indonesia nampaknya harus dikaji ulang. Jangan sampai keinginan besar untuk menaikkan kembali sektor ekonomi justru malah menumbalkan masyarakat. Masyarakat justru dihadapkan dengan negara yang putus asa dan tak sanggup lagi memenuhi kebutuhan rakyat selama pandemi ini. Masyarakat dipaksa untuk berdamai dengan covid demi kepentingan ekonomi.

Meski secara ekonomi Indonesia mengalami kerugian besar, PHK besar-besaran juga kemiskinan dipastikan semakin meningkat, tidaklah menjadikan alasan yang dibenarkan untuk menerapkan new normal saat ini. Apalagi alasan politis lain mengingat wacana ini lahir dari subjektifitas presiden tanpa mempertimbangkan fakta di lapangan.

Dilansir dari merdeka.com (25/05/2020), Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr Hermawan Saputra mengkritik persiapan pemerintah. Wacana new normal life harus diimbangi dengan peningkatan penanganan  medis juga regulasi dari wabah ini.

Indonesia jangan terpana dengan new normal life yang sudah diterapkan oleh negara-negara lain. New normal life bukanlah tren global yang mudah untuk diterapkan. Jangan sampai negara membebek pada kebijakan negara lain demi pemulihan ekonomi dan alasan lain. Negara harus fokus untuk menjaga masyarakat agar wabah ini tidak berkepanjangan.  Alih-alih mempersiapkan diri menuju new normal life, Indonesia justru tengah mempersiapkan gelombang kedua pandemik jika wacana ini benar-benar diterapkan saat angka penularan virus corona masih tinggi.

Islam Mengatasi Pandemi

Era new normal akan menambah daftar panjang carut-marutnya kebijakan pemerintah dalam penanganan covid-19. Wacana ini wujud rezim penguasa yang berorientasi pada ekonomi dan abai terhadap penanganan covid-19. Rezim tersebut adalah potret rezim yang dibenci oleh Allah swt. Sabda Nabi Muhammad saw dalam sebuah hadist:

“manusia yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dariNya adalah pemimpin yang jahat.” (HR. at-Tirmidzi)

Firman Allah SWT:

مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

“… Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguhcsungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS Al-Maidah [5] : 32).

Konsep Islam dalam menghadapi wabah adalah berusaha memutus penularan demi menjaga satu nyawa. Tidak melahirkan aturan yang justru menambah kerusakan di muka bumi. Islam menangani pandemi berdasarkan ajaran Nabi ﷺ. Menerapkan karantina wilayah (lockdown) bagi kawasan zona merah sejak wabah merebak. Negara juga menjamin kebutuhan serta hak rakyatnya terpenuhi selama pandemic. Dengan apapun caranya, aturan Islam melalui sistem Islam berupaya agar angka penularan menurun. Sebab dalam Islam, manusia menjadi tanggung jawab penguasa tidak hanya di dunia melainkan juga di akhirat kelak.

Loading...

Baca Juga