oleh

New Normal Life, Bukti Kegagalan Rezim Mengatasi Pandemi

New Normal Life, Bukti Kegagalan Rezim Mengatasi Pandemi. Oleh: Suratiyah, Pegiat Dakwah dan Member AMK.

Tak terasa sudah tiga bulan negeri ini berperang melawan Covid-19. Nyatanya wabah Covid-19 pun belum ada tanda-tanda berakhir. Tercatat update per 1 Juni korban telah mencapai 26.473 kasus. Secara mengejutkan pasca lebaran Idul Fitri 1441H, telah terjadi lonjakan yang tidak seperti hari-hari sebelumnya, yaitu sebanyak 973 kasus dalam satu hari. (pikiranrakyat.com, 22/5/2020)

Ternyata kebijakan PSBB belum mampu menekan kesehatan dengan baik, justru mengancam pertumbuhan ekonomi. Banyak perusahaan yang terkena dampaknya, sehingga mengakibatkan angka pengangguran semakin tinggi dan PHK pun tidak bisa dibendung lagi. Selain itu, UMKM pun banyak yang gulung tikar akibat banyak rakyat memilih di rumah dari pada keluar.

Oleh sebab itu, pemerintah memberlakukan pelonggaran PSBB kedua yaitu New Normal Life atau hidup berdamai dengan Covid-19. Agar ekonomi dan kesehatan dapat berjalan. Menteri Polhukam, Mahfudz MD, mengatakan agar menganggap Covid-19 seperti seorang istri. Dan presiden sendiri juga telah menunjuk 25 wilayah agar mempersiapkan New Normal segera diperlakukan. (kompas.com, 26/5/2020)

Dengan adanya New Normal Life tersebut, semuanya dapat aktif kembali. Seperti mal, restoran, salon, spa, bahkan tempat hiburan pun kembali dibuka. Padahal, jika melihat data perkembangan virus hingga saat ini belum ada tanda-tanda landai. Hal inilah yang ditentang oleh Anggota DPRD Kota Banjarmasin dari Fraksi PKB, Zainal Hakim. Menurut Zainal Hakim, daerah yang cocok untuk melakukan New Normal Life adalah daerah yang sudah mampu mengendalikan Covid-19 bukan daerah yang terus setiap hari mengalami lonjakan kenaikan. Sebab khawatir Covid-19 akan meledak kembali. (pikiranrakyatdepok.com, 30/5/2020)

Seperti dilansir oleh merdeka.com, bahwa menurut Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr Hermawan Saputra, untuk menghadapi New Normal Life harus mempunyai empat kriteria, yaitu:
1. Syaratnya harus telah mengalami perlambatan terhadap wabahnya Covid-19
2. Sudah maksimal dalam melakukan PSBB
3. Masyarakat telah mawas diri daya tahan tubuh masing-masing
4. Pemerintah telah mendukung penuh tentang infrastruktur.
(merdeka.com, 25/5/2020)

Menurut Menteri Koordinator bidang Kementerian, Airlangga Hartarto, bahwa selama belum ditemukan vaksin, keadaan seperti ini akan lama terjadi, untuk itu masyarakat harus hidup damai dengan Covid-19. Selain itu, untuk menekan angka PHK dan untuk menekan kesehatan. (merdeka.com, 27/5/2020)

Oleh sebab itu, kebijakan New Normal Life tersebut hanya untuk menutupi kegagalan pemerintah dalam mengatasi pandemi. Pasalnya, pemerintah tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan primer rakyatnya.

Mengapa demikian? Karena dana untuk melayani kebutuhan rakyat tidak ada. Rakyat dipaksa di rumah, sementara kebutuhan primer tidak dicukupi dengan baik. Walaupun dana bantuan ada, tetapi tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan selama PSBB diberlakukan.

Oleh sebab itu, pemerintah memberi kebijakan yang baru. Yaitu pelonggaran PSBB kedua, dengan mengikuti protokol pemerintah agar kesehatan terjaga dan kesehatan aman.

Ibarat berjalan di tepi jurang yang dalam, jika terpeleset sedikit, maka akan jatuh dan nyawa melayang. Begitulah kira-kira kehidupan rakyat saat ini. Dibiarkan keluar, tetapi bahaya ada di sekelilingnya.

Sementara penguasa sendiri tidak bisa berbuat banyak. Padahal, negara ini sangat kaya raya sumber daya alam yang dimilikinya. Dilihat dari pertambangan, misalnya Frepoort dalam sehari bisa menghasilkan emas sebanyak 245 kg. Ditambah lagi sumber daya minyak, batu bara, nikel, air dan lain-lain.

Namun nyatanya, kehidupan rakyat seperti tikus mati di lumbung padi. Kelaparan, kemiskinan, pengangguran, dan penderitaan yang lain terus terjadi.

Inilah kebobrokan demokrasi. Dimana kemerdekaan teruntuk para kapitalis semata. Sementara rakyat gigit jari, kehidupan ditanggung sendiri. Bahkan dalam kesehatan pun pemerintah melemparkan ke lembaga yang lain.

Oleh sebab itu, sistem serakah ini harus di ganti dengan sistem Islam yaitu khilafah. Dalam sistem Islam, semua yang Allah berikan, yaitu sumber daya alam menjadi hak masyarakat bukan segelintir orang. Sehingga ketika terjadi wabah penguasa tidak gagap dalam menghadapi semua ini.

Khilafah akan melakukan penguncian wilayah, agar penyakit tersebut tidak menular kepada yang lain. Sebagaimana pernah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab sewaktu menghadapi penyakit Thaun di Syam.

Dalam kitab Ashahihain diceritakan ketika Khalifah Umar berjalan menuju Syam. Khalifah Umar bin Khattab mendengar bahwa daerah Syam terjadi penyebaran wabah yang mematikan. Maka Khalifah Umar bin Khattab memanggil gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Mereka bermusyawarah dan akhirnya memutuskan diberlakukannya penguncian wilayah tersebut, atau Lockdown. Bagi daerah Syam yang terkena wabah tidak boleh keluar. Bagi daerah luar Syam tidak boleh masuk daerah yang terkena wabah.

Di sisi lain, Khalifah Umar bin Khattab terus menerima laporan dari Abu Ubaidah. Khalifah Umar pun melayani apa yang dibutuhkan daerah yang sedang ditimpa wabah tersebut.

Sehingga, hanya daerah Syam saja yang mengalami lonjakan korban penyakit Thaun tersebut. Hampir 20.000 orang meninggal termasuk Abu Ubaidah bin Al Jarrah.

Sementara daerah di luar wilayah Syam masih tetap berjalan seperti biasa, bahkan ada yang melindungi diri ke bukit-bukit. Mengapa Khalifah Umar bin Khattab berhasil? Tidak lain karena Khalifah Umar bin Khattab mencontoh Rasulullah Saw sewaktu menghadapi wabah penyakit kusta. Rasulullah Saw bersabda :

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)

Sehingga dengan diberlakukannya lockdown, wilayah yang tidak terserang kehidupannya tetap normal dan roda perekonomian tetap berjalan. Sebab, di dalam Islam nyawa lebih berharga daripada hilangnya dunia.
Dari al-Barra’ bin Azib Ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah Swt dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Alban.

Oleh sebab itu, kepada siapa lagi kita harus mencontoh kalau bukan kepada Rasulullah saw. Sebab mencontoh kepada tren barat yang sedang melakukan New Normal Life, hanya akan melanggengkan sistem sekuler yang selalu merujuk kepada akal manusia. Dan hanya kepada sistem Islam yang akan memberikan solusi yang sempurna.

Wallahu a’lam bishawab

Loading...

Baca Juga