oleh

Ulama Protes: Ekonomi Diangkat Ibadah Dihambat, Opini Mia Agustiani

Ulama Protes: Ekonomi Diangkat Ibadah Dihambat

Oleh: Mia Agustiani (Penggiat Literasi & Revowriter)

Anggota Komisi DPR RI John Kennedy Azis mengkritik pemerintah yang tidak konsisten dalam menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ditengah virus corona (Covid-19).

John menyebutkan sejumlah video di media sosial yang menayangkan pusat perbelanjaan atau mall disesaki pengunjung sementara tempat ibadah dibatasi. Di mall-mall penuh, sementara di masjid tetap dikunci. (cnnindonesia – 12/05/2020)

Kebijakan aneh yang diucapkan pemerintah sudah melukai umat muslim. Bagaimana tidak, kebijakan yang diambil berat sebelah tanpa menghiraukan hal apa yang akan timbul ditengah masyarakat.

Semenjak adanya penyebaran virus corona, selalu saja lahir kebijakan yang membuat bingung rakyat.
Terlebih urusan ibadah umat.

Seharusnya menjadi prioritas pemerintah untuk mengurusinya. Namun apa daya, mall lebih menguntungkan daripada masjid. Mall dibuka sementara masjid dikunci dan dibatasi aktivitasnya.

Dipermukaan, kebijakan PSBB dipandang sebelah mata. Menimbulkan banyak kegaduhan dan kontroversi diantara masyarakat.

Yang ingin pergi ke masjid harus menelan kecewa. Yang pergi ke mall justru jadi bulan-bulanan netizen karena dianggap tidak patuh PSBB .

Faktanya, kebijakan pemerintah lah yang mencla-mencle. Selalu berbeda pendapat dari para petinggi negeri.

Miris dengan jenis pemerintahan yang tidak satu suara. Sebenarnya rakyat mana yang mereka perjuangkan?

Wacana relaksasi tempat ibadah yang digaungkan Menteri Agama Fachrul Razi. Didukung oleh Persaudaraan Alumni 212.

Menurut mereka jangan sampai ada diskriminasi antara dibukanya bandara, sementara masjid tetap dikunci.

Ini bisa jadi bom waktu pembangkangan massal, karena umat Islam merasakan diskriminasi kebijakan, ujar Ketua PA 212, Slamet Ma’arif. (tribunnews.com – 14/05/2020)

Protes ulama ini pun bukan isapan jempol belaka. Ulama, MUI, PA 212 mempertanyakan ironi kebijakan pemerintah yang memihak kepentingan korporasi.

Mengabaikan kepentingan rakyat. Menghambat kepentingan ibadah umat. Kebijakan asal, tanpa memikirkan kemaslahatan rakyat ditengah wabah.

Negara hanya memikirkan ekonomi. Yang takut bangkrut bahkan gantung diri. Tak pernah terbersit ibadah umat kepada Illahi.

Alangkah baiknya setiap kebijakan lebih memikirkan umat, bukan hanya segelintir korporasi. Sehingga kebijakan yang lahir akan dihormati juga ditaati.

” Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Fathir: 28)

Tapi faktanya memang seperti ini. Kepentingan umat kalah koneksi. Kebijakan hanya menghadirkan diskriminasi. Membuktikan mereka tidak memiliki kompetensi.

Inilah buah kapitalisme yang tak ingin dkritisi. Semestinya ulama lantang bersuara untuk mengangkat setiap aspirasi. Bukan hanya mendengar jeritan umat ditengah monopoli.

Tanpa disadari diskriminasi kebijakan tidak menghantarkan pada solusi. Namun hanya melahirkan persoalan baru ( gejolak rakyat ) bagi negeri.

Semestinya ulama dapat menyadarkan umat untuk mengambil hikmah dari masa pandemi. Bahwa wabah Covid-19 selayaknya menyadarkan umat untuk kembali pada solusi Syar’i .

Dengan kepemimpinan yang meria’yah dan menjadi junnah bagi rakyatnya, gejolak rakyat tidak akan pernah terjadi.

Justru akan melahirkan solusi ditengah pandemi. Dan mengeluarkan umat dari kebingungan janji-janji.

Tentunya kebijakan yang berstandarkan syariat Islam secara menyeluruh. Syariat yang mengatur kehidupan kita sesuai anjuran Alquran dan Sunnah.

Aturan yang selalu memuaskan akal dan pikiran. Datang dari Sang Maha Kholik untuk memecahkan persoalan ditengah umat.

Wallaahu a’lam bishshawab

Loading...

Baca Juga